Kamis, 09 Mei 2013

Antropologi Kesehatan


A.     Definisi dan fase-fase antropologi
Antropologi lahir dari keingintahuan manusia terhadap manusia lain. Bangsa Eropa melakukan perjalanan jauh untuk pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Dari perjalanan tersebut bangsa Eropa mempunyai wawasan luas tentang adanya berbagai ragam bentuk fisik dan budaya disekitarnya. Hal itu mendorong berbagai bangsa untuk mengetahui tentang manusia melalui penelitian secara ilmiah. Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan.
            Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu antropologi yang dibagi menjadi empat fase yaitu :
1.                  Fase pertama ( sebelum 1800-an)
Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai menjelajahi berbagai penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Hasil dari perjalanan-perjalanan tersebut berupa buku-buku yang menceritakan kehidupan suku bangsa di luar Eropa. Gambaran tentang ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnografi. Etnografi berasal dari ethnos, artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau uraian (deskripsi). Bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa sendiri menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada yang menganggap orang di luar bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa primitif. Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adalah orang-orang yang masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburukan. Ada pula orang Eropa yang tertarik pada benda-benda hasil suku bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum.
2.         Fase Kedua ( 1800-an)
Pada tahap ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahan Etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarakat dan kebudayaan berubah secara lambat dalam waktu yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Mereka menganggap bangsa yang termasuk tingkat rendah adalah suku-suku pribumi yang mereka temukan, sedangkan bangsa dengan tingkat tinggi adalah orang Eropa saat itu.
Tujuan mempelajari antropologi saat itu adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah evolusi dan penyebaran kebudayaan manusia.
3.         Fase Ketiga: Awal 1900-an
Negara-negara Eropa telah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia. Ilmu antropologi mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan penduduk pribumi. Dengan pengetahuan itu dapat disusun strategi untuk menguasai dan memengaruhi penduduk tersebut.
Antropologi menjadi ilmu yang praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk kepentingan menjajah dan untuk memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4.         Fase Keempat: Setelah 1930-an
Pada fase ini, terjadi perubahan besar. Bangsa-bangsa pribumi sudah banyak yang mendapat pengaruh kebudayaan Eropa sehingga kebudayaan aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia II, timbul kebencian terhadap negara yang menjajah.
Perhatian ilmu antropologi beralih ke suku-suku yang hidup di pedesaan di dalam wilayah negara Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan sebagainya. Demikian pula di negara Amerika Serikat.

Tujuan utama antropologi secara keilmuan adalah memperoleh pengertian tentang manusia dengan mempelajari keragaman bentuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan untuk mempelajari suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku
bangsa tersebut. Sejak saat itu, timbullah antropologi yang dikhususkan untuk tujuan pembangunan, seperti Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan, Antropologi Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, dan Antropologi Perkotaan.


B.    Ruang Lingkup Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos yang artinya manusia, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, antropologi adalah ilmu tentang umat manusia atau ilmu yang mencoba memahami umat manusia, baik dari segi fisik maupun sosial budayanya. Ahli antropologi berusaha mencari jawaban dari asal-usul manusia, perbedaan bentuk fisik manusia dan perubahan secara lambat (evolusi) dari bentuk fisik manusia. Antropologi mencakup berbagai bidang yang dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Geografi, Psikologi, Politik, Sejarah, Ilmu Kesehatan, dan Ilmu Kemanusiaan lainnya.
Ruang lingkup antropologi adalah :

1.   Asal-usul manusia

2.   Evolusi fisik manusia
A.    Teori Evolusi :

2.1 Teori evolusi menurut Jean Lamarck

Evolusi organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya dapat diturunkan. Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.
2.2  Teori evolusi menurut Charles Darwin
1.      Spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
2.      Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.
Seleksi alam merupakan gagasan murni dari Darwin. Sementara teori pertama di atas telah ada sejak jama Yunani kuno, hanya saja Darwin menjelaskannya secara lebih tajam dan detil.
B.     Ciri-ciri proses evolusi

Ciri-ciri proses evolusi:
1. Evolusi adalah perubahan dalam satu populasi BUKAN perubahan individu.
2. Perubahan yang terjadi hanya frekuensi gen-gen tertentu, sedangkan sebagian besar sifat gen tidak berubah.
3. Evolusi memerlukan penyimpangan genetik sebagai bahan mentahnya. Dengan kata lain harus ada perubahan genetik dalam evolusi.
4. Dalam evolusi perubahan diarahkan oleh lingkungan, harus ada faktor pengarah sehingga evolusi adalah perubahan yang selektif.

C.     Faktor perubahan

1. Mutasi gen maupun mutasi kromosom menghasilkan bahan mentah untuk evolusi. Tetapi Darwin sendiri sebenarnya tidak mengenal mutasi ini, sementara mutasi merupakan peristiwa yang sangat penting yang mendukung keabsahan teori Darwin.
2. Rekombinasi perubahan yang dikenal Darwin. Rekombinasi dari hasil-hasil mutasi memperlengkap bahan mentah untuk evolusi.

D.    Faktor pengarah :

1. Dalam setiap species terdapat banyak penyimpangan yang menurun, karenanya dalam satu species tidak ada dua individu yang tepat sama dalam susunan genetiknya (pada saudara kembar misalnya, susunan genetiknya tetap tidak sama).
2. Pada umumnya proses reproduksi menghasilkan jumlah individu dalam tiap generasi lebih banyak daripada jumlah individu pada generasi sebelumnya.
3. Penambahan individu dalam tiap species ternyata dikendalikan hingga jumlah suatu populasi species dalam waktu yang cukup lama tidak bertambah secara drastis.
4. Ada persaingan antara individu-individu dalam species untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dari lingkungannya. Persaingan intra species ini terjadi antara individu-individu yang berbeda sifat genetiknya. Individu yang mempunyai sifat paling sesuai dengan lingkungannya akan memiliki viabilitas yang tinggi. Di samping viabilitas juga fertilitas yang tinggi merupakan faktor yang penting dalam seleksi alam.

Mekanisme evolusi terjadi karena adanya variasi genetik dan seleksi alam. Variasi genetik muncul akibat : mutasi dan rekombinasi gen-gen dalam keturunan baru.
Frekuensi Gen
Pada proses evolusi terjadi perubahan frekuensi gen. Bila perbandingan antar genotip-genotip dalam satu populasi tidak berubah dari satu generasi ke generasi, maka frekuensi gen dalam populasi tersebut dalam keadaan seimbang. Frekuensi gen seimbang bila :

1. Tidak ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang (jika gen A bermutasi menjadi gen a, maka harus ada gen a yang menjadi gen A dalam jumlah yang sama).
2. Tidak ada seleksi
3. Tidak ada migrasi
4. Perkawinan acak
5. Populasi besar

Terbentuknya spesies baru dapat terjadi karena :
1. Isolasi waktu 
  Misalnya adalah kuda. Kuda jaman eosen yaitu Eohippus - Mesohippus - Meryhippus - Pliohippus - Equus. Dari jaman eosin hingga sekarang seorang ahli palaentolog menduga telah terjadi 150 ribu kali mutasi yang menguntungkan untuk setiap gen kuda. Dengan demikian terdapat cukup banyak perbedaan antara nenek moyang kuda dengan kuda yang kita kenal sekarang. Oleh sebab itu kuda-kuda tersebut dinyatakan berbeda species.
2. Isolasi geografis
   Burung Fringilidae yang mungkin terbawa badai dari pantai Equador ke kepulauan Galapagos. Karena pulas-pulau itu cukup jauh jaraknya maka perkawinan populasi satu pulau dengan pulau lainnya sangat jarang terjadi. Akibat penumpukan mutasi yang berbeda selama ratusan tahun menyebabkan kumpulan gen yang jauh berbeda pada tiap-tiap pulaunya. Dengan demikian populasi burung di tiap-tiap pulau di kepulauan Galapagos menjadi spesies yang terpisah.
3. Domestikasi
   Hewan ternak yang dijinakkan dari hewan liar dan tanaman budi daya dari tumbuhan liar adalah contoh domestikasi. Domestikasi memindahkan makhluk-makhluk tersebut dari habitat aslinya ke dalam lingkungan yang diciptakan manusia. Hal ini mengakibatkan muncul jenis hewan dan tumbuhan yang memiliki sifat menyimpang dari sifat aslinya.
4. Mutasi kromosom adalah peristiwa terjadinya species baru secara cepat.
5. Isolasi Reproduksi
 Tanda dua populasi berbeda species bila mereka tidak dapat berhybridisasi disebut juga bila mereka mengalami Isolasi reproduksi. Isolasi reproduksi terjadi karena :

a. Isolasi ekologi : isolasi karena menempati habitat yang berbeda.
b. Isolasi musim : akibat berbeda waktu pematangan gamet
c. Isolasi tingkah laku : akibat berbeda tingkah laku dalam hal perkawinan.
d. Isolasi mekanik : karena bentuk morfologi alam kelamin yang berbeda.
e. Isolasi gamet : karena gamet jantan tidak memiliki viabilitas dalam alat reproduksi betina.
f. Terbentuknya basta mandul
g. Terbentuk bastar mati bujang



E.     Bukti-bukti adanya evolusi

1. Adanya variasi antara individu-individu dalam satu keturunan.
2. Adanya pengaruh penyebaran geografis
3. Adanya fosil-fosil di berbagai lapisan bumin yang menunjukkan perubahan secara perlahan-lahan.
4. Adanya data sebagai hasil studi mengenail komperatif perkembangan embrio.

3. Keragaman bentuk fisik manusia atau ras
   Keanekaragaman bentuk fisik manusia seperti warna kulit, warna rambut, bentuk muka dan sebagainya menyebabkan timbulnya pengertian ras yang menunjukkan ciri golongan tertentu. Anggapan yang mengatakan bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih pandai dibanding ras lainnya adalah kesalahan fatal. Karena hal tersebut mengacaukan ciri ras yang sebenarnya sebatas pengertian fisik disamakan dengan pengertian rohani. Sampai sekarang tragedi itu masih terjadi yaitu adanya diskriminasi terhadap ras tertentu. Oleh karena itu pemahaman terhadap manusia secara antropologis tidak hanya memandang manusia dari satu sisinya saja tetapi secara utuh yaitu bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Sehingga antropologi mempelajari manusia pada pola-pola tingkah laku atau tindakan dari individu manusia dalam masyarakat yang ditentukan oleh naluri, dorongan atau refleks ataupun tingkah laku manusia yang sudah tidak dipengaruhi oleh akal dan jiwanya sekalipun.

4.        Kebudayaan, termasuk unsur-unsur kebudayaan, perkembangan dan penyebarannya
       Manusia pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial. Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan yang sama, baik dari segi fisik, psikologis, hingga lingkungan geografis, sosiologis dan ekonomis. Dari perbedaan itulah muncul interdependensi yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan sesamanya sehingga membuat manusia itu ingin selalu hidup berdampingan dengan orang lain. Hal inilah yang menimbulkan tata cara, perilaku dan pola hidup yang dalam waktu lama akan menjadi kebiasaan bersama (common habbit). Kemudian dari kebiasaan tersebut terciptalah suatu kebudayaan. Menurut Koentjharaningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan semua tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dalam sebuah kebudayaan selalu terdpat cultural universal. Cultural universal diterjemahkan menjadi kebudayaan yang universal atau kebudayaan semesta.
    Unsur-unsur kebudayaan adalah rincian suatu kebudayaan agar dapat kebudayaan yang khusus. Ada tujuh unsur kebudayaan yang merupakan isi pokok dari setiap kebudayaan yang bersifat universal, yang artinya ada dalam setiap kebudayaan di dunia. Ketujuh unsur kebudayaan universal iu maing-masing mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Tiap unsur kebudayaan universal dapat diperinci ke dalam unsur-unsurnya yang lebih kecil sampai beberapa kali.
Unsur-unsur kebudayaan itu adalah :
1.      Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tertulis
2.      Sistem pengetahuan, terdiri dari
a.       Pengetahuan tentang sekitar alam
b.      Pengetahuan tentang alam flora
c.       Pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah
d.      Pengetahuan tentang tubuh manusia
e.       Pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia
f.       Pengetahuan tentang ruang, waktu, dan bilangan
3.      Organisasi sosial terdiri dari
a.       Sistem kekerabatan
b.      Sistem kesatuan hidup setempat
c.       Asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan
d.      Sistem kenegaraan
4.      Sistem peralatan dan teknologi terdiri dari
a.       Alat-alat induktif
b.      Alat-alat distribusi dan transport
c.       Wadah-wadah dan tempat untuk menaruh
d.      Makanan dan minuman
e.       Pakaian dan perhiasan
f.       Tempat berlindung dan perumahan
g.      Senjata
5.      Senjata mata pencaharian hidup terdiri dari : berburu dan meramu, perikanan, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan, dan perdagangan.
6.      Sistem religi, terdiri dari : sistem kepercayaan, kesusasteraan suci, sistem upacara keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan hidup
7.      Kesenian, terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni instrumen, seni kesusasteraan dan seni drama.


5.    Berbagai kemampuan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya

C.    Definisi Antropologi kesehatan
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
1. Pokok perhatian Kutub Biologi :
a. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
b. Peranan penyakit dalam evolusi manusia
c. Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
2. Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
     a. Sistem medis tradisional (etnomedisin)
     b. Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
     c. Tingkah laku sakit
     d. Hubungan antara dokter pasien
     e. Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Menurut Weaver :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
Menurut Hasan dan Prasad :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalahmasalah kesehatan manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)
Menurut Hochstrasser :
Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
Menurut Lieban :
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973, 1034)
Menurut Fabrega :
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
· Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit.
· Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)

D.    Ruang lingkup antropologi kesehatan 
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:
1.      Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan
a.       timbal-balik biobudaya
b.      antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut;
2.      Partisipasi profesional manusia dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
a.       pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan
b.      perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.



E.     Bidang baru Antropologi Kesehatan
Kita menelusuri antropologi kesehatan kontemporer pada empat sumber yang berbeda, yang perkembangannya masing-masing secara relatif (tetapi tidak mutlak) terpisah satu sama lain.
1.      Antropologi Fisik

Baik dalam hal lapangan perhatian maupun dalam hubungan-hubungannya, ahli-ahli antropologi fisik di masa lalu, seperti halnya pada masa kini, juga memberikan banyak perhatian pada topik-topik yang mepunyai kepentingan medis. Dalam pengembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi fisik telah memberikan sumbangan dalam penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki resiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit dan pembawa penyakit kuning.

2.      Etnomedisin
Sebagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai “etnomedisin” [ yakni, “kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern” (Hughes 1968: 99) ], merupakan urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis non-Barat. Sejak awal penelitian mereka lebih dari 100 tahun yang lalu, para ahli antropologi secara rutin mengumpulkan data mengenai kepercayaan dalam pengobatan pada penduduk yang mereka teliti, dengan cara dan tujuan yang sama dengan yang mereka lakukan dalam pengumpulan data mengenai aspek-aspek kebudayaan lainnya: untuk menghasilkan tulisan etnografi yang selengkap mungkin.
3.      Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian

Kecuali berbagai studi tentang etnimedisin yang terutama dilakukan sebagai bagian dari penelitian mengenai kelompok, sebegian besar publikasi antropologi yang menyangkut kesehatan sebelum tahun 1950 berkenaan dengan gejala psikologi dan psikiatri. Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan lingkungan sosial budaya di mana tingkahlaku itu terjadi.

4.      Kesehatan masyarakat internasional

Dengan berakhirnya perang, dan dengan perpanjangan program-program bantuan teknik Amerika Serikat bagi Afrika dan Asia, maupun dengan terbentuknya World Health Organization (WHO), maka program-program kesehatan masyarakat utama yang bersifat bilateral dan multilateral di negara-negara sedang berkembang merupakan sebagian dari gambaran dunia. Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala sosial-budaya. Mereka segera menyadari bahwa kebutuhan kesehatan dari negara-negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.

Secara singkat Antropologi kesehatan dipandangoleh para dokter sebagai disiplin Bio Budaya yang memberi perhatian pada aspek2 Biologis dansosial budaya dari tingkah laku manusia,terutama tentang cara2 interaksi antara keduanyadisepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Sejak berakhirnya perang dunia ke -2, ahli-ahli antropologi sosial budaya maupun antropologi biologi meningkatkan perhatiannya pada studilintas budaya tentang sistem kesehatan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar