a) Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas :
Digenea
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Spesies :
Schistosoma mansoni
b) Hospes dan Nama Penyakit
Hospes
definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah kera Baboon
dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air tawar genus Biomphalaria sp. dan Australorbis sp.. Habitat cacing ini
adalah vena kolon dan rektum. Pada manusia cacing ini dapat menyebabkan Skistosomiasis usus,
Disentri
mansoni dan Skistosomiasis
mansoni.
(Onggowaluyo, 2001)
c) Morfologi
Bentuk cacing dewasa seperti S. haematobium, tetapi ukurannya lebih
kecil. Cacing betina panjangnya 1.7 – 7.2 mm. Kelenjar vitelaria meluas ke
pinggir pertengahan tubuh. Ovariumnya di anterior pertengahan tubuh, uterus
pendek berisi 1 – 4 butir telur. Cacing jantan panjangnya 6.4 – 12 mm, gemuk
dengan bagian ventral terdapat ginaekoforalis, testes 6 – 9 buah dan kulit
terdiri dari duri-duri kasar. Telur berbentuk lonjong, berwarna
coklat kekuning-kuningan, dinding hyalin, berukuran 114 - 175 x 45 – 64 mikron.
Pada satu sisi dekat ujung terdapat duri agak panjang, telur berisi mirasidium. (Onggowaluyo, 2001)
d) Distribusi Geografik
Parasit
Schistosoma mansoni
ditemukan
di
banyak negara
di
Afrika,
Amerika Selatan
(Brasil,
Suriname
dan Venezuela),
Karibia
(termasuk
Puerto
Rico,
St
Lucia,
Guadeloupe,
Martinique,
Republik Dominika,
Antigua
dan
Montserat)
dan di
bagian
Timur
Tengah.
(Departement
of Parasitology University Cambridge, 2010)
e) Siklus Hidup
Manusia
terinfeksi
oleh
serkaria di air
tawar
melalui
penetrasi pada kulit.
Serkaria masuk tubuh
melalui
sirkulasi
vena
ke
jantung,
paru-paru
dan
sirkulasi
portal. Setelah
tiga
minggu
serkaria matang
dan
mencapai
vena mesenterika superior usus halus
lalu tinggal
disana serta berkembang biak (Abdul
Ghaffar dan Gregory Brower, 2009). Telur yang dikeluarkan oleh cacing betina di dalam usus
menembus jaringan sub mukosa dan mukosa lalu masuk kedalam lumen usus dan
keluar bersama tinja.
Telur
yang berada di air tawar menetas dan melepaskan mirasidium yang kemudian
berenang bebas mencari hospes perantaranya yaitu keong. Dalam
tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista 1 dan 2 kemudian menjadi larva serkaria yang ekornya
bercabang.
Serkaria selanjutnya akan mencari
hospes definitif dalam waktu 24 jam.
(
Onggowaluyo, 2001)
f) Epidemiologi
Parasit
Schistosoma mansoni
ditemukan
di
banyak negara
di
Afrika,
Amerika Selatan
(Brasil,
Suriname
dan Venezuela),
Karibia
(termasuk
Puerto
Rico,
St
Lucia,
Guadeloupe,
Martinique,
Republik Dominika,
Antigua
dan
Montserat)
dan di
bagian
Timur
Tengah.
(Departement
of Parasitology University Cambridge, 2010)
Hospes
definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah kera Baboon
dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air tawar genus Biomphalaria sp. dan Australorbis sp.. Habitat cacing ini
adalah vena kolon dan rektum. Pada manusia cacing ini dapat menyebabkan Skistosomiasis usus,
Disentri
mansoni dan Skistosomiasis
mansoni.
(Onggowaluyo, 2001)
g) Patologi dan Gejala Klinis
Patologi
yang berhubungan dengan infeksi dengan Schistosma mansoni dapat
dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu schistosomiasis akut dan kronis. Schistosomiasis
akut bisa disebut juga demam Katayama. Hal ini
terkait dengan timbulnya parasit betina bertelur (sekitar 5 minggu setelah
infeksi), dan pembentukan granuloma sekitar telur terdapat di hati dan dinding
usus, menyerupai hepatosplenomegali dan leukositosis dengan eosinofilia, mual,
sakit kepala, batuk, dalam kasus yang
ekstrim diare disertai dengan darah, lendir dan bahan nekrotik. Gejala
kronis akan tampak beberapa tahun setelah infeksi. Gejalanya
seperti peradangan pada hati dan jarang ditemukan di organ lain (paru-paru).
(Departement
of Parasitology University Cambridge, 2010)
h) Diagnosis
Diagnosis dapat
ditentukan dengan menemukan telur di dalam tinja. Beberapa
cara untuk melakukan beberapa cara seperti sediaan hapus langsung dari tinja
(metode Kato) maupun dengan cara sedimentasi (0,5 % gliserin dalam air). Bila dalam tinja tidak ditemukan
telur diagnosis dapat dilakukan dengan tes serologi, sedangkan untuk menemukan telur
yang masih segar dalam hati dan usus
dapat dilakukan dengan teknik digesti jaringan. (Onggowaluyo, 2001)
i) Pengobatan
Natrium antimonium tartrat cukup
efektif untuk pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh parasit ini. Stiboven
dapat diberikan secara intramuskuler. Nitridiasol juga efektif tetapi bukan
sebagai obat pilihan. Obat lain yang cukup baik diberikan pr oral adalah
oksamniquin dan nitrioquinolin. (Onggowaluyo, 2001)
j) Pencegahan
Pengendalian
Schistosomiasis,
dengan
mengontrol
setiap organisme
yang memungkinkan untuk menularkan
cacing. Hal
ini bertujuan
untuk mencegah
infeksi baru,
biasanya
oleh
gangguan
siklus hidup
parasit. Pencegahan
dan pengendalian dapat dicapai
dengan
sejumlah
metode
seperti berusaha
untuk
menghilangkan
hospes perantara, penghapusan
parasit
dari hospes
definitif, pencegahan
infeksi
pada
inang
definitif dan pencegahan infeksi pada hospes
perantara. (Departement
of Parasitology University Cambridge,
2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar