A.
Definisi dan
fase-fase antropologi
Antropologi lahir dari keingintahuan
manusia terhadap manusia lain. Bangsa Eropa melakukan perjalanan jauh untuk
pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Dari perjalanan tersebut bangsa Eropa
mempunyai wawasan luas tentang adanya berbagai ragam bentuk fisik dan budaya
disekitarnya. Hal itu mendorong berbagai bangsa untuk mengetahui tentang
manusia melalui penelitian secara ilmiah. Secara sederhana, Antropologi adalah
ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan.
Secara lebih sistematis,
Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu antropologi yang dibagi menjadi
empat fase yaitu :
1.
Fase
pertama ( sebelum 1800-an)
Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai
menjelajahi berbagai penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia,
dan Selandia Baru. Hasil dari perjalanan-perjalanan tersebut berupa buku-buku
yang menceritakan kehidupan suku bangsa di luar Eropa. Gambaran tentang
ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata pencaharian, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnografi. Etnografi berasal dari ethnos,
artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau uraian (deskripsi).
Bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka terdorong
untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa
sendiri menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada yang menganggap orang
di luar bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa
primitif. Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adalah
orang-orang yang masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburukan. Ada pula
orang Eropa yang tertarik pada benda-benda hasil suku bangsa pribumi itu
sehingga didirikanlah museum-museum.
2.
Fase Kedua ( 1800-an)
Pada tahap ini, timbul karangan-karangan
yang menyusun bahan Etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi. Mereka
menganggap bahwa masyarakat dan kebudayaan berubah secara lambat dalam waktu
yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Mereka menganggap
bangsa yang termasuk tingkat rendah adalah suku-suku pribumi yang mereka
temukan, sedangkan bangsa dengan tingkat tinggi adalah orang Eropa saat itu.
Tujuan
mempelajari antropologi saat itu adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah evolusi
dan penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase
Ketiga: Awal 1900-an
Negara-negara Eropa telah menjadi bangsa
penjajah di berbagai penjuru dunia. Ilmu antropologi mempunyai kedudukan yang
sangat penting, yaitu untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan
penduduk pribumi. Dengan pengetahuan itu dapat disusun strategi untuk menguasai
dan memengaruhi penduduk tersebut.
Antropologi menjadi ilmu yang praktis,
yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk
kepentingan menjajah dan untuk memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat
masa kini yang kompleks.
4. Fase
Keempat: Setelah 1930-an
Pada fase ini, terjadi perubahan besar.
Bangsa-bangsa pribumi sudah banyak yang mendapat pengaruh kebudayaan Eropa
sehingga kebudayaan aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia
II, timbul kebencian terhadap negara yang menjajah.
Perhatian ilmu antropologi beralih ke
suku-suku yang hidup di pedesaan di dalam wilayah negara Eropa sendiri, seperti
suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan sebagainya. Demikian pula di negara Amerika
Serikat.
Tujuan utama antropologi secara keilmuan
adalah memperoleh pengertian tentang manusia dengan mempelajari keragaman
bentuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan untuk mempelajari
suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku
bangsa
tersebut. Sejak saat itu, timbullah antropologi yang dikhususkan untuk tujuan
pembangunan, seperti Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan,
Antropologi Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, dan
Antropologi Perkotaan.
B. Ruang Lingkup Antropologi
Antropologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos yang artinya manusia, dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, antropologi adalah ilmu tentang umat manusia atau
ilmu yang mencoba memahami umat manusia, baik dari segi fisik maupun sosial
budayanya. Ahli antropologi berusaha mencari jawaban dari asal-usul manusia,
perbedaan bentuk fisik manusia dan perubahan secara lambat (evolusi) dari
bentuk fisik manusia. Antropologi mencakup berbagai bidang yang dipelajari oleh
ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Geografi, Psikologi, Politik, Sejarah,
Ilmu Kesehatan, dan Ilmu Kemanusiaan lainnya.
Ruang
lingkup antropologi adalah :
1. Asal-usul manusia
2. Evolusi fisik manusia
A. Teori Evolusi :
2.1 Teori evolusi menurut Jean Lamarck
Evolusi
organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungannya dapat diturunkan. Organ yang mengalami perubahan karena terus
menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan
lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.
2.2 Teori
evolusi menurut Charles Darwin
1. Spesies yang ada sekarang adalah
keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
2. Seleksi alam sangat menentukan
berlangsungnya mekanisme evolusi.
Seleksi alam merupakan gagasan murni
dari Darwin. Sementara teori pertama di atas telah ada sejak jama Yunani kuno,
hanya saja Darwin menjelaskannya secara lebih tajam dan detil.
B. Ciri-ciri
proses evolusi
Ciri-ciri proses evolusi:
1. Evolusi adalah perubahan dalam satu populasi BUKAN perubahan individu.
2. Perubahan yang terjadi hanya frekuensi gen-gen tertentu, sedangkan sebagian
besar sifat gen tidak berubah.
3. Evolusi memerlukan penyimpangan genetik sebagai bahan mentahnya. Dengan kata
lain harus ada perubahan genetik dalam evolusi.
4. Dalam evolusi perubahan diarahkan oleh lingkungan, harus ada faktor pengarah
sehingga evolusi adalah perubahan yang selektif.
C. Faktor
perubahan
1. Mutasi gen maupun mutasi kromosom menghasilkan bahan mentah untuk evolusi.
Tetapi Darwin sendiri sebenarnya tidak mengenal mutasi ini, sementara mutasi
merupakan peristiwa yang sangat penting yang mendukung keabsahan teori Darwin.
2. Rekombinasi perubahan yang dikenal Darwin. Rekombinasi dari hasil-hasil
mutasi memperlengkap bahan mentah untuk evolusi.
D. Faktor
pengarah :
1. Dalam setiap species terdapat banyak penyimpangan yang menurun, karenanya
dalam satu species tidak ada dua individu yang tepat sama dalam susunan
genetiknya (pada saudara kembar misalnya, susunan genetiknya tetap tidak sama).
2. Pada umumnya proses reproduksi menghasilkan jumlah individu dalam tiap
generasi lebih banyak daripada jumlah individu pada generasi sebelumnya.
3. Penambahan individu dalam tiap species ternyata dikendalikan hingga jumlah
suatu populasi species dalam waktu yang cukup lama tidak bertambah secara
drastis.
4. Ada persaingan antara individu-individu dalam species untuk mendapatkan
kebutuhan hidupnya dari lingkungannya. Persaingan intra species ini terjadi
antara individu-individu yang berbeda sifat genetiknya. Individu yang mempunyai
sifat paling sesuai dengan lingkungannya akan memiliki viabilitas yang tinggi.
Di samping viabilitas juga fertilitas yang tinggi merupakan faktor yang penting
dalam seleksi alam.
Mekanisme
evolusi terjadi karena adanya variasi genetik dan seleksi alam. Variasi genetik muncul akibat :
mutasi dan rekombinasi gen-gen dalam keturunan baru.
Frekuensi
Gen
Pada proses evolusi terjadi
perubahan frekuensi gen. Bila perbandingan antar genotip-genotip dalam satu
populasi tidak berubah dari satu generasi ke generasi, maka frekuensi gen dalam
populasi tersebut dalam keadaan seimbang. Frekuensi gen seimbang bila :
1. Tidak ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang (jika gen A bermutasi menjadi
gen a, maka harus ada gen a yang menjadi gen A dalam jumlah yang sama).
2. Tidak ada seleksi
3. Tidak ada migrasi
4. Perkawinan acak
5. Populasi besar
Terbentuknya
spesies baru dapat terjadi karena :
1. Isolasi waktu
Misalnya adalah kuda. Kuda jaman eosen yaitu Eohippus - Mesohippus - Meryhippus - Pliohippus - Equus. Dari jaman eosin hingga sekarang seorang ahli palaentolog menduga telah terjadi 150 ribu kali mutasi yang menguntungkan untuk setiap gen kuda. Dengan demikian terdapat cukup banyak perbedaan antara nenek moyang kuda dengan kuda yang kita kenal sekarang. Oleh sebab itu kuda-kuda tersebut dinyatakan berbeda species.
2. Isolasi geografis
Burung Fringilidae yang mungkin terbawa badai dari pantai Equador ke kepulauan Galapagos. Karena pulas-pulau itu cukup jauh jaraknya maka perkawinan populasi satu pulau dengan pulau lainnya sangat jarang terjadi. Akibat penumpukan mutasi yang berbeda selama ratusan tahun menyebabkan kumpulan gen yang jauh berbeda pada tiap-tiap pulaunya. Dengan demikian populasi burung di tiap-tiap pulau di kepulauan Galapagos menjadi spesies yang terpisah.
3. Domestikasi
Hewan ternak yang dijinakkan dari hewan liar dan tanaman budi daya dari tumbuhan liar adalah contoh domestikasi. Domestikasi memindahkan makhluk-makhluk tersebut dari habitat aslinya ke dalam lingkungan yang diciptakan manusia. Hal ini mengakibatkan muncul jenis hewan dan tumbuhan yang memiliki sifat menyimpang dari sifat aslinya.
4. Mutasi kromosom adalah peristiwa terjadinya species baru secara cepat.
5. Isolasi Reproduksi
Tanda dua populasi berbeda species
bila mereka tidak dapat berhybridisasi disebut juga bila mereka mengalami
Isolasi reproduksi. Isolasi reproduksi terjadi karena :
a. Isolasi ekologi : isolasi karena menempati habitat yang berbeda.
b. Isolasi musim : akibat berbeda waktu pematangan gamet
c. Isolasi tingkah laku : akibat berbeda tingkah laku dalam hal perkawinan.
d. Isolasi mekanik : karena bentuk morfologi alam kelamin yang berbeda.
e. Isolasi gamet : karena gamet jantan tidak memiliki viabilitas dalam alat
reproduksi betina.
f. Terbentuknya basta mandul
g. Terbentuk bastar mati bujang
E. Bukti-bukti
adanya evolusi
1. Adanya variasi antara individu-individu dalam satu keturunan.
2. Adanya pengaruh penyebaran geografis
3. Adanya fosil-fosil di berbagai lapisan bumin yang menunjukkan perubahan
secara perlahan-lahan.
4. Adanya data sebagai hasil studi mengenail komperatif perkembangan embrio.
3. Keragaman bentuk fisik manusia atau ras
Keanekaragaman bentuk fisik manusia seperti warna kulit, warna rambut, bentuk muka dan sebagainya menyebabkan timbulnya pengertian ras yang menunjukkan ciri golongan tertentu. Anggapan yang mengatakan bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih pandai dibanding ras lainnya adalah kesalahan fatal. Karena hal tersebut mengacaukan ciri ras yang sebenarnya sebatas pengertian fisik disamakan dengan pengertian rohani. Sampai sekarang tragedi itu masih terjadi yaitu adanya diskriminasi terhadap ras tertentu. Oleh karena itu pemahaman terhadap manusia secara antropologis tidak hanya memandang manusia dari satu sisinya saja tetapi secara utuh yaitu bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Sehingga antropologi mempelajari manusia pada pola-pola tingkah laku atau tindakan dari individu manusia dalam masyarakat yang ditentukan oleh naluri, dorongan atau refleks ataupun tingkah laku manusia yang sudah tidak dipengaruhi oleh akal dan jiwanya sekalipun.
3. Keragaman bentuk fisik manusia atau ras
Keanekaragaman bentuk fisik manusia seperti warna kulit, warna rambut, bentuk muka dan sebagainya menyebabkan timbulnya pengertian ras yang menunjukkan ciri golongan tertentu. Anggapan yang mengatakan bahwa ras tertentu lebih unggul atau lebih pandai dibanding ras lainnya adalah kesalahan fatal. Karena hal tersebut mengacaukan ciri ras yang sebenarnya sebatas pengertian fisik disamakan dengan pengertian rohani. Sampai sekarang tragedi itu masih terjadi yaitu adanya diskriminasi terhadap ras tertentu. Oleh karena itu pemahaman terhadap manusia secara antropologis tidak hanya memandang manusia dari satu sisinya saja tetapi secara utuh yaitu bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Sehingga antropologi mempelajari manusia pada pola-pola tingkah laku atau tindakan dari individu manusia dalam masyarakat yang ditentukan oleh naluri, dorongan atau refleks ataupun tingkah laku manusia yang sudah tidak dipengaruhi oleh akal dan jiwanya sekalipun.
4.
Kebudayaan, termasuk unsur-unsur
kebudayaan, perkembangan dan penyebarannya
Manusia pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu juga merupakan
makhluk sosial. Manusia
tidak dilahirkan dalam keadaan yang sama, baik dari segi fisik, psikologis,
hingga lingkungan geografis, sosiologis dan ekonomis. Dari perbedaan itulah
muncul interdependensi yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan
sesamanya sehingga membuat manusia itu ingin selalu hidup berdampingan dengan
orang lain. Hal inilah yang menimbulkan tata cara, perilaku dan pola hidup yang
dalam waktu lama akan menjadi kebiasaan bersama (common habbit).
Kemudian dari kebiasaan tersebut terciptalah suatu kebudayaan.
Menurut Koentjharaningrat
dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah
keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan semua tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Dalam sebuah kebudayaan selalu terdpat cultural
universal. Cultural universal diterjemahkan menjadi kebudayaan
yang universal atau kebudayaan semesta.
Unsur-unsur kebudayaan
adalah rincian suatu kebudayaan agar dapat kebudayaan yang khusus. Ada tujuh
unsur kebudayaan yang merupakan isi pokok dari setiap kebudayaan yang bersifat
universal, yang artinya ada dalam setiap kebudayaan di dunia. Ketujuh unsur
kebudayaan universal iu maing-masing mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada
satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Tiap
unsur kebudayaan universal dapat diperinci ke dalam unsur-unsurnya yang lebih
kecil sampai beberapa kali.
Unsur-unsur kebudayaan itu adalah :
1.
Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tertulis
2.
Sistem pengetahuan, terdiri dari
a. Pengetahuan tentang sekitar alam
b. Pengetahuan tentang alam flora
c. Pengetahuan tentang zat-zat dan bahan
mentah
d. Pengetahuan tentang tubuh manusia
e. Pengetahuan tentang kelakuan sesama
manusia
f. Pengetahuan tentang ruang, waktu, dan
bilangan
3.
Organisasi sosial terdiri dari
a. Sistem
kekerabatan
b. Sistem
kesatuan hidup setempat
c. Asosiasi
dan perkumpulan-perkumpulan
d. Sistem
kenegaraan
4.
Sistem peralatan dan teknologi terdiri
dari
a. Alat-alat
induktif
b. Alat-alat
distribusi dan transport
c. Wadah-wadah
dan tempat untuk menaruh
d. Makanan
dan minuman
e. Pakaian
dan perhiasan
f. Tempat
berlindung dan perumahan
g. Senjata
5. Senjata
mata pencaharian hidup terdiri dari : berburu dan meramu, perikanan, bercocok tanam
di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan, dan perdagangan.
6. Sistem
religi, terdiri dari : sistem kepercayaan, kesusasteraan suci, sistem upacara
keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan
hidup
7. Kesenian,
terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni
vokal, seni instrumen, seni kesusasteraan dan seni drama.
5. Berbagai kemampuan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya
C.
Definisi
Antropologi kesehatan
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu
antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep
yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti
disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi
Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang
berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
1.
Pokok perhatian Kutub Biologi :
a. Pertumbuhan
dan perkembangan manusia
b. Peranan
penyakit dalam evolusi manusia
c. Paleopatologi
(studi mengenai penyakit-penyakit purba)
2.
Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
a.
Sistem medis tradisional (etnomedisin)
b.
Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
c.
Tingkah laku sakit
d.
Hubungan antara dokter pasien
e.
Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat
tradisional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosial-budaya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Menurut Weaver :
Antropologi
Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek
dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
Menurut Hasan dan Prasad :
Antropologi
Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek
biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan
untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical),
hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalahmasalah kesehatan manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)
Menurut Hochstrasser :
Antropologi
Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang
berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
Menurut Lieban :
Antropologi
Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973, 1034)
Menurut Fabrega :
Antropologi
Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
·
Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau
mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena
oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit.
·
Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap
pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)
D.
Ruang lingkup
antropologi kesehatan
Dari
definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi
Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi
Kesehatan mencakup:
1.
Mendefinisi
secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan
a.
timbal-balik
biobudaya
b.
antara
tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan
penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan
tersebut;
2.
Partisipasi
profesional manusia dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melalui
a.
pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan
E.
Bidang baru
Antropologi Kesehatan
Kita
menelusuri antropologi kesehatan kontemporer pada empat sumber yang berbeda,
yang perkembangannya masing-masing secara relatif (tetapi tidak mutlak)
terpisah satu sama lain.
1.
Antropologi
Fisik
Baik dalam hal lapangan perhatian maupun dalam hubungan-hubungannya, ahli-ahli
antropologi fisik di masa lalu, seperti halnya pada masa kini, juga memberikan
banyak perhatian pada topik-topik yang mepunyai kepentingan medis. Dalam
pengembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi fisik telah
memberikan sumbangan dalam penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok
penduduk yang memiliki resiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya
mengandung sel sabit dan pembawa penyakit kuning.
2.
Etnomedisin
Sebagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai “etnomedisin” [ yakni, “kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern” (Hughes 1968: 99) ], merupakan urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis non-Barat. Sejak awal penelitian mereka lebih dari 100 tahun yang lalu, para ahli antropologi secara rutin mengumpulkan data mengenai kepercayaan dalam pengobatan pada penduduk yang mereka teliti, dengan cara dan tujuan yang sama dengan yang mereka lakukan dalam pengumpulan data mengenai aspek-aspek kebudayaan lainnya: untuk menghasilkan tulisan etnografi yang selengkap mungkin.
Sebagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai “etnomedisin” [ yakni, “kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern” (Hughes 1968: 99) ], merupakan urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis non-Barat. Sejak awal penelitian mereka lebih dari 100 tahun yang lalu, para ahli antropologi secara rutin mengumpulkan data mengenai kepercayaan dalam pengobatan pada penduduk yang mereka teliti, dengan cara dan tujuan yang sama dengan yang mereka lakukan dalam pengumpulan data mengenai aspek-aspek kebudayaan lainnya: untuk menghasilkan tulisan etnografi yang selengkap mungkin.
3.
Studi-studi
tentang kebudayaan dan kepribadian
Kecuali berbagai studi tentang etnimedisin yang terutama dilakukan sebagai
bagian dari penelitian mengenai kelompok, sebegian besar publikasi antropologi
yang menyangkut kesehatan sebelum tahun 1950 berkenaan dengan gejala psikologi
dan psikiatri. Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi,
psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai mempertanyakan tentang
kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan lingkungan sosial budaya di
mana tingkahlaku itu terjadi.
4.
Kesehatan
masyarakat internasional
Dengan berakhirnya perang, dan dengan perpanjangan program-program bantuan
teknik Amerika Serikat bagi Afrika dan Asia, maupun dengan terbentuknya World
Health Organization (WHO), maka program-program kesehatan masyarakat utama yang
bersifat bilateral dan multilateral di negara-negara sedang berkembang
merupakan sebagian dari gambaran dunia. Petugas-petugas kesehatan yang bekerja
di lingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat menemukan masalah
daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka
yang terlibat dalam klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan
penyakit bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala
sosial-budaya. Mereka segera menyadari bahwa kebutuhan kesehatan dari
negara-negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan
pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.
Secara singkat Antropologi kesehatan dipandangoleh
para dokter sebagai disiplin Bio Budaya yang memberi perhatian pada
aspek2 Biologis dansosial budaya dari tingkah laku manusia,terutama tentang cara2 interaksi antara keduanyadisepanjang
sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Sejak berakhirnya perang dunia ke -2, ahli-ahli antropologi
sosial budaya maupun antropologi biologi meningkatkan perhatiannya pada studilintas budaya tentang sistem kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar